Slide 0
Slide 0
Slide 0
Slide 0
Slide number
P'CHANNEL
PEOPLESIGHT LEARNING CENTER memasuki tahap finishing
1 Maret 2019,
Kata Penghantar - The Seven Pillars Health

Kata Penghantar

Dr. Don Colbert

Puji syukur diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, atas segala hikmat yang tercurah senantiasa menyertai sehingga buku The Seven Pillars Health telah selesai disadur.  Adapun tujuan buku ini disadur sebagai sarana membagikan pengetahuan kepada setiap pembaca khususnya kepada karyawan yang berada dibawah naungan payung Peoplesight Group secara keseluruhan.

Adapun pengetahuan yang dibagikan berupa panduan untuk hidup sehat dengan harapan mampu menuntun setiap pembaca untuk berjalan pada pola hidup yang sehat, dengan mengarahkan kebisaan-kebiasaan lama yang tidak sehat menjadi kebiasaan baru yang sehat.

Penyadur secara pribadi juga sangat terberkati dengan adanya Buku The Seven Pillars Health ini, sehingga besar harapan sebagaimana penyadur terberkati berharap setiap pembaca mengalami perubahan kesehatan dari seluruh sisi kehidupan yang dijalani.

Jakarta, 01 Maret 2019

--Ria Jeni Silangit

 




PEOPLESIGHT LEARNING CENTER memasuki tahap finishing
01 Maret 2019,
Pendahuluan - The Seven Pillars of Health

Pendahuluan

Dr. Don Colbert

Selamat datang di Ringkasan The Seven Pillars of Health. Ringkasan ini memperkenalkan kepada anda tujuh pilar atau tiang dasar suatu gaya hidup yang sehat. Ringkasan ini dirancang untuk membebaskan dan menolong Anda membuat pilihan-pilihan yang mendatangkan kebebasan bagi Anda dalam setiap bidang kehidupan Anda, untuk mampu menghadapi badai-badai kehidupan-penyakit, serangan, dan kecelakaan. Beberapa Ringkasan yang pernah Anda baca mungkin membuat Anda merasa tidak berdaya serta seolah-olah segala sesuatu suram dan menjadi beban bagi Anda. Pada Ringkasan ini, saya tidak bermaksud membuat Anda menanggung beban berat, maksudnya adalah memperlihatkan kepada Anda bagaimana dapat menjadi kuat, sehat, bertenaga, tahan penyakit, tampak awet muda, lebih bijaksana, lebih pandai, dan lebih cakap hanya dengan menggantikan kebiasan-kebiasaan lama Anda dengan kebiasaan-kebiasaan baru yang sehat.

Ringkasan ini dirancang sebagai suatu perjalanan selama lima puluh dua minggu untuk setiap judul sehingga dapat diimplementasikan satu per satu setiap minggu selama setahun.

Bacalah Ringkasan ini dengan tidak terburu-buru dalam satu kali baca, agar tidak ada informasi yang terlewatkan, cernalah materi yang Anda baca, buatlah catatan, serta berdoa dan mintalah Tuhan untuk mencerahkan Anda. Harapan saya Ringkasan ini menjadi tujuh dasar kesehatan Anda dan mampu mengubah hidup Anda menjadi lebih baik.

--Ria Jeni Silangit

 




PEOPLESIGHT LEARNING CENTER memasuki tahap finishing
4 Maret 2019,
TRUSTWORTHINESS

T R U S T

 

1 - 3 - 1 (tanggal Satu, bulan Maret, tahun duaribuSatu) adalah Tanggal-Bulan-Tahun lahirnya Peoplesight International Consulting (yang melembaga jadi PT Peoplesight Ideal Citra); sebagai PIC pengemban misi Management Development Institute-nya Indonesia yang dalam kerangka-kerja(framework)nya mengedepankan Personal, Institutional & Cultural Development, dan T-R-U-S-T sebagai nilai-nilai intinya.

Trustworthiness

 

 

 

 

Ke’layak-dipercaya‘an

──┐

 

Responsiveness

 

 

 

Ke’cepat-tanggap‘an

─┐

 

 

U n i t y

 

 

 

Ke’satu‘an

 

 

S y n e r g y

 

Ke’sinergi‘an

─┘

 

 

 

 

T o t a l i t y

Ke’totalitas‘an

──┘

 

TRUST/kepercayaan pada lembaga, sesungguhnya akibat dari Kelayak-dipercayaan & Ketotalitasan dari Personal/pribadi Para Perintis/Pendiri-nya yang bertumbuh-kembang berkesinambungan hingga terkader para Pengemban-misi & Pemimpin & Pengelola & Penyelia & Pelaksana; serta Kecepat-tanggapan & Kesinergian dari Institutional/lembaga yang karena ketekun-gigihan-nya sudah berhasil mengkristal menjadi Cultural/budaya.

TRUST/kepercayaan setiap Personal/pribadi pada Institutional/lembaga-nya bila sudah jadi Cultural/budaya, akan memikat hati pribadi-pribadi selanjutnya mengikatkan diri dalam Kesatuan organisasi tsb.

Karena itu para Pengemban-misi dan para Pemimpin Peoplesight-Group setiap akhir pekan secara bergantian akan menulis berkisar tema T-R-U-S-T dengan berbagai cara dan dari berbagai sudut pandangnya.

Delapan hingga Enam-belas bahasan mengenai “Trustworthiness” segera kami sajikan untuk Anda:

 

T R U S T W O R T H I N E S S

SIFAT DAPAT/LAYAK DIPERCAYA Prasyarat Penting & Mendasar Seseorang ‘diterima baik menjadi’ dan ‘bertahan tetap menjadi’ Organ dari suatu Organisasi;

dan

ORGANISASI DAPAT/LAYAK DIPERCAYA Pemikat Mulia & Utama Seseorang ‘mau terikat menjadi’ dan ‘bertahan tetap menjadi’ Organ dari suatu Organisasi.

Dengan demikian tepatlah bila huruf T dalam hal ini Trustworthiness harus ada Sejak-Awal » Sampai-Akhir; dan merupakan Huruf-Awal & Huruf-Akhir dalam rangkaian kata: TRUST”.




Perspektive
Ir. Daniel Dianto, MM
Founder of Peoplesight Group Ad. Consultan & Sr. Trainer
29 April 2019,
TRUSTWORTHINESS & TOTALITY

Trustworthiness & Totality

 

Trustworthiness

 

 

 

 

Ke’layak-dipercaya‘an

──┐

 

Responsiveness

 

 

 

Ke’cepat-tanggap‘an

─┐ 

 

 

U n i t y

 

 

 

Ke’satu‘an

  

 

 

y n e r g y

 

Ke’sinergi‘an

─┘ 

 

 

 

 

o t a l i t y

Ke’totalitas‘an

──┘

 

TRUST/kepercayaan pada lembaga, sesungguhnya akibat dari Kelayak-dipercayaan & Ketotalitasan dari Personal/pribadi Para Perintis/Pendiri-nya yang bertumbuh-kembang berkesinambungan hingga terkader para Pengemban-misi & Pemimpin & Pengelola & Penyelia & Pelaksana; serta Kecepat-tanggapan & Kesinergian dari Institutional/lembaga yang karena ketekun-gigihan-nya sudah berhasil mengkristal menjadi Cultural/budaya.

 

TRUST/kepercayaan setiap Personal/pribadi pada Institutional/lembaga-nya bila sudah jadi Cultural/budaya, akan memikat hati pribadi-pribadi selanjutnya mengikatkan diri dalam Kesatuan organisasi tsb.

 

Berdasarkan konsep tsb di atas Core-Values TRUST dimaknai, karena itu urutan penjelasannya sbb:

1.Trustworthiness & 2.Totality; 3.Responsiveness & 4.Synergy; dan 5.Unity (lihat gambar di atas).

 

Kelayak-dipercayaan yang bertumbuh dari ‘setia dengan hal yang kecil’, maupun yang berkembang dari ‘melipat-gandakan yang ada’, terkait erat dengan Ketotalitasan Orang/Organisasi tsb menjalani kehidupan-nya.

 

Ketotalitasan Orang/Organisasi melakukan sesuatu untuk kita, serta-merta / secara psikologis meningkatkan Kepercayaan kita pada Orang/Organisasi tersebut; dan Kesetengah-hatian Orang/Organisasi melakukannya, seketika itu juga menghancurkan Kepercayaan kepada Orang/Organisasi tersebut.

 

Sebaliknya Trustworthiness kita yang tinggi kepada Orang/Organisasi tertentu mengerjakan sesuatu, walau kita tidak melihatnya, kita meyakini bahwa Orang/Organisasi tsb akan mengerjakannya secara Totality.

 

Karena itu demi membangun dan memelihara Trustworthiness hal yang sangat berharga, penting, strategis, dan mutlak dibutuhkan dalam kehidupan Keluarga-Kerja-Kemasyarakatan kita, Totality wajib menjadi gaya-hidup. Dan bila kita sudah mengerjakannya secara Totality, seandainya terjadi “kesalahan”pun, tidak menghancurkan Trustworthiness, karena terlihat/terasa/teryakini Kesepenuh-hatian kita.




Sebab Totalitas, berakibat Layak-dipercaya

 

Tulisan sebelum ini berjudul “Trustworthiness & Totality”, telah menimbulkan pertanyaan: “Mana diantara keduanya yang lebih awal & mendasar?”; dengan kata lain: “Bagaimana hubungan sebab akibatnya?”.

Logika kita dengan cepat dan nyaris spontan menjawab: ”Sebab Totalitas, berakibat Layak-dipercaya”.

 

Bukan sebaliknya!!!

 

Hal ini menyiratkan bahwa Totalitas, tidak:“Jikalau… maka Totalitas”, atau tidak:“Karena… maka Totalitas”, namun “Walaupun… tetap Totalitas”.

 

Taurat memerintahkan: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

 

Dimulai dari mengasihi Tuhan, Diri-sendiri, dan Sesama-manusia secara Totalitas; diharapkan Totalitas pulalah dalam melakukan apapun.

 

Bahkan (bila Anda sepakat) Totalitas adalah Kodrat & Hakikat kita sebagai manusia; dan (percaya atau tidak), Harkat kita sebagai manusia berhubungan dengan seberapa Totalitas kita menjalani kehidupan ini.

 

Ketotalitasan berarti: Keseluruh/sepenuhan yang difokuskan, yang menghasilkan pelipat-gandaan Potensi.

Ternyata Hukum-Alam membuktikan. Benda-Padat/Cair/Udara/Suara/Sinar bila difokuskan, menghasilkan pelipat-gandaan Potensi, dibanding Potensinya semula.

Contoh: Sinar-matahari difokuskan (menggunakan kaca-pembesar), potensi Cahaya & Panasnya berlipat-ganda.

 

Demikian pula manusia, bila Totalitas seluruh dan sepenuh aspek Spiritual, Mental/Intellectual, Physical, & Socio/Emotional-nya difokuskan, niscaya akan menghasilkan Kemuliaan / Kebajikan / Kebijakan / Karya / Kreatifitas yang unggul; dan bila konsisten, menjadi Layak-dipercaya.

 

Fokus dalam Ketotalitasan, tidak berarti hanya ‘melulu’ mengerjakan pekerjaan terbatas ‘itu-itu saja’.

 

Fokus dalam Ketotalitasan dimaksud: Setiap saat ketika sedang memerhatikan / mendengarkan / merasakan / memikirkan / memertimbangkan / memutuskan / merencanakan / mengerjakan / mengevaluasi / memperbaiki ‘Suatu Hal’, Fokus dalam Ketotalitasan ‘Hal tsb’; demikian selanjutnya ‘Hal lain’nya; selalu Fokus dalam Ketotalitasan. Sebab Totalitas, berakibat Layak-dipercaya.




Totalitas dalam Satu / Seluruh aspek kehidupan

 

Totalitas dalam ‘Satu’ aspek kehidupan (misal Kerja/usaha) saja, umumnya mencapai hasil luar biasa dalam ‘Satu’ hal tsb, namun: Terabaikannya kewajiban Keluarga, banyak mengakibatkan pasangan selingkuh, anak berontak, orangtua kecewa. Terlupakannya perawatan Diri-pribadi, berakibat jauh dari Tuhan, kurang ketenangan jiwa, turun kesehatan fisik. Terlalaikannya pengabdian Masyarakat, tanpa sadar berakibat kurang terpuaskan ‘rasa kebermanfaatan hidup’ yang berkontribusi dalam rasa kurang bahagia sebagai manusia.

 

Bersyukur, suami saya Totalitas dalam ‘Seluruh’ aspek kehidupannya.

 

Sejak remaja ia Totalitas Pelajar, minimal ranking dua, andalan guru², bahkan ada yang memercayakan menilai ulangan murid²nya. Totalitas Ketum/Sekum OSIS, Ketua Gudep/DKA Pramuka, Pendiri Koperasi-Pelajar. Totalitas bisnis transport & rintis jualan elektronik. Juga Totalitas ikut kursus², ibadah, dan pemusik rohani.

 

Suami saya teman sekelas di Fakultas Teknik Arsitektur, ia Totalitas Mahasiswa, lulus Sarjana-Muda diangkat jadi Asisten-Dosen mata kuliah utama‘merencana’ sambil merangkap kuliah di Akademi Teknik Komputer (sekarang Binus), bersama saya aktif menghadiri pameran dan kursus² sampai menjadi Insinyur Arsitek; iapun Totalitas pelayanan, mulai Sekretaris III hingga jadi Ketua; namun tak lalai menikahi saya dan Totalitas mendalami Manajemen, hingga berani membuka Kursus Manajemen diasramakan 3bulan, hingga 4angkatan mewisuda 64 orang; pengalaman ini membawanya bergabung dengan Astra Education & Training Center.

 

Totalitas Pekerja di AETC, jelang 3½ tahun jadi Manager, sambil Totalitas Keluarga setiap pagi memberkati & mengantar anak ke Sekolah, malam Makan-bersama, minggu Ibadah-bersama, dan libur Rekreasi-bersama; sambil terus Totalitas merawat Diri hingga tetap sehat, dan Totalitas melayani Masyarakat; tepat diusianya ke 40 menjadi Chief Executive of Astra Management Development Institute yang pada saat itu report langsung ke Presdir PT Astra International, Tbk.

 

Saya & Suami kini Totalitas Pengusaha:

Menikmati-Kelimpahan, Merasakan-Kebahagiaan, Menghayati-Kehakikian, Mewariskan-Keteladanan, Totalitas dalam ‘Seluruh’ aspek kehidupan.




Totalitas ke’limpah-ruah’an dari dalam keluar

 

Suatu pagi saya tidak bisa mandi karena shower kamar mandi saya tidak mengeluarkan air, padahal saya sudah putar kerannya hingga batas maksimal. Setelah diperiksa, ternyata bak penampung airnya kosong.

 

Dari kejadian ini, saya mendapat pencerahan bahwa Totalitas bukanlah suatu usaha “memaksa air keluar dari bak yang kosong”, melainkan suatu akibat dari “kepenuhan” hingga melimpah ruah (abundance). Tidak akan terjadi Totalitas tanpa terlebih dahulu mengisi seluruh area yang kosong hingga penuh, apakah itu Perut kosong, Pikiran kosong, Perasaan kosong, atau Spiritualitas yang kosong.

 

Spiritualitas kita bagaikan ‘bak penampungan air’ (analog tsb di atas); adalah tempat Energi keMAHAan (Transcendental Energy) berada dalam kehidupan kita.

Pada hakikatnya Allah itu Roh, karena itu yang paling berelasi dengan Roh(Allah) adalah ‘roh’ kita; dan di dalam ‘roh’/aspek’Spiritual’-lah Energy ke’Totalitas’an berada.

 

Perasaan kita bagaikan ‘pipa² saluran air’ (analog tsb di atas); adalah jaringan saluran Energi ke’Totalitas’an untuk sampai merasuki pikiran untuk menggerakan perbuatan kita.

Faktanya, ±80% Sikap-Perilaku kita diwarnai Perasaan tanpa sadar dan di bawah sadar; karena itu dalam ‘Perasaan yang Lurus &Tulus serta Bersih & Bebas-hambatan’lah ke’Totalitas’an sampai di pikiran.

 

Pikiran kita bagaikan ‘keran² pengatur air’ (analog di atas); adalah pengendali saluran Energi ke’Totalitas’an yang walau keran/pikiran kita Mau & Mampu memutarnya, namun Spiritualitas kita tidak dipenuhi oleh Energy ke’Totalitas’an dari Allah, dan Perasaan kita tidak tulus-ikhlas dilewat&penuhi Energi ke’Totalitas’an dari Allah, maka ke’Mau&Mampu’an kitapun sia-sia; karena ke’Totalitas’an melimpah dari dalam keluar.

 

Kita tidak dapat memberi/menyalurkan apa yang tidak kita miliki, oleh karena itu hendaknya roh(spiritualitas), jiwa(perasaan-pikiran-kehendak), dan tubuh(perbuatan) kita terpelihara sempurna untuk menyambut kelimpah-ruahan Totalitas dari dalam keluar.




Totality
By : Cindy Cintasih, S.Sos, MA

 

Totalitas bermakna sebuah keadaan yg utuh, menyeluruh dan tidak terbagi. Keutuhan makna hidup berasal dari pribadi yang menjalankan perannya di berbagai lini kehidupan secara total. 

Bagaikan mur kecil yang hilang dalam sebuah mesin besar, retak kecil dalam menjalankan salah satu peran dalam konteks keluarga dapat mempengaruhi peran seseorang dalam pekerjaannya. Demikian sebaliknya.

Pandangan umum bahwa seorang pekerja berprestasi tidak mungkin memiliki waktu keluarga yang cukup adalah sebuah mitos. Riset pada sebuah jurnal psikiatri memaparkan bahwa pribadi yang memiliki kehidupan pribadi&keluarga yang sehat jasmani-rohani akan memiliki keutuhan peran pula dalam komitmen bekerja, hingga menghasilkan performa kerja yang lebih baik. Kehidupan kerja yang utuh akhirnya berdampak kembali pada kehidupan keluarga yang stabil dan bahagia.*

Penemuan dari riset di atas didukung pula oleh berbagai riset era milenial yang membantah pandangan yang memisahkan peran-peran dalam kehidupan. Sesungguhnya seluruh peran manusia dalam kehidupan tidak pernah terpisahkan, dan keoptimalan menjalankan keseluruhan peran adalah jalan menuju kebermaknaan hidup yang utuh.

Diambil dari riset berjudul "Work, family or personal life: why not all three?" Oleh: Sathyanarayana Rao dan Vishal Indla, 2010.




Dahsyatnya Bekerja Totalitas

 

Manusia pada hakikatnya adalah ‘roh’ yang tinggal di dalam ‘tubuh’, dan memiliki ‘jiwa’ sebagai connector / synchronizer antara roh & tubuh.

 

‘Bekerja Totalitas’ dimaksud di sini adalah: Saat Bekerja, roh-jiwa-tubuh seutuhnya Hadir dan Aktif Bekerja; yang umum dikatakan sebagai: “Bekerja Full-Heart - Full-Head - Full-Hand.”

 

  1. Bekerja Full-Heart (Segenap Hati & Jiwa) adalah Kerja-Ikhlas yang dilandasi penghayatan bahwa Tuhan penguasa tunggal Kehidupannya, dan menjunjung tinggi Kualitas Spirit sebagai pernyataan kasih kepada Tuhan tanpa pamrih (berfilosofi ‘Walaupun’, bukan’Karena’, terlebih’Jikalau’).

 

Sudah lama terbukti, apapun yang dikerjakan secara ‘Setengah-Hati’ (tidak mengeksplorasi potensi Illahi di kedalaman diri), berakhir dengan ke’kurang-sukses’an, bahkan ke’gagal’an.

 

  1. Bekerja Full-Head (Segenap Jiwa & Akal-budi) adalah Kerja-Cerdas yang dilandasi penghayatan bahwa Tuhan pemberi Akal-budi menyertai, dan mendayagunakan Kualitas Sense & Science sebagai pertanggung-jawabannya kepada Tuhan memberikan yang terbaik.

 

Sudah berulang terjadi, apapun yang dikerjakan secara ‘Setengah-Pikiran’ (tidak mengoptimalkan potensi kecerdasan pemberianNya), berakhir tidak memuaskan, bahkan mengecewakan.

 

  1. Bekerja Full-Hand (Segenap Akal-budi & Kekuatan) adalah Kerja-Keras dilandasi penghayatan bahwa Tuhan pemberi Kesehatan & Kekuatan fisiknya, dan memanfaatkan Kualitas Skills & Socio-emotional sebagai persembahan dirinya kepada Tuhan dengan segenap kekuatan.

 

Sudah jadi kenyataan, apapun yang dikerjakan secara ‘Setengah-Tenaga’ (tidak memuliakan Tuhan dengan ketubuhan pemberianNya), berakhir tertinggal, dan akhirnya ditinggalkan orang.

 

Full-Heart menghadirkan Transcendental-Energy (Energinya Tuhan), Full-Head memfokuskan Amazing Brain-Potential (Dasyatnya Potensi Otak / Ciptaannya Tuhan), dan Full-Hand menyatukan Transcendental & Amazing-Potential tsb; dan bila berhasil disinergikan seorang dengan orang lainnya, akan menghasilkan sesuatu yang hanya Tuhan yang bisa membatasinya.




Bekerja dengan Segenap Hati & Jiwa

 

Adalah sepenuh Hati, Perasaan dan Pikiran yang memancar, mengalir dan menginspirasi “dari dalam keluar” nampak sebagai pribadi yang Energetic/berenergi, Enthusiastic/bergairah, dan Excited/bergembira; yang berpotensi menghasilkan kinerja yang Excellent/Ulung&Unggul yang lebih dari sekedar berkualitas. Karena‘berkualitas’ belum tentu unggul, tapi‘unggul’ pasti berkualitas.

 

Kata bijak yang sarat kebenaran Tuhan mengatakan bahwa: “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia".

 

Ketika bekerja dengan segenap hati seperti untuk Tuhan, ‘dorongan dari dalam keluar’ berupa ‘inner motive’ selain mengeluarkan Kemauan yang lebih kokoh juga menyertakan Kebenaran Tuhan yang jauh lebih abadi; Perasaan pun lebih tulus jernih dan damai; dan Pikiran pun makin tajam dan inspiratif, sehingga lebih produktif dibanding bekerja tidak dengan segenap hati.

 

  1. Menetapkan Tujuan selaras kehendak Tuhan

Banyak tujuan yang ditemukan bukan hanya sekedar mendapatkan uang, melainkan memiliki tujuan yang mulia dan kekal, bermanfaat bagi orang lain, positif dan selaras dengan kehendak Tuhan.

  1. Menemukan Kepuasan Hati selaras kehendak Tuhan

Kepuasan finansial dan karir yang bersifat materiil, tidak akan ada habisnya sehingga membuat orang lupa diri. Pencarian kepuasan hati yang selaras dengan kehendak Tuhan akan menjaga seseorang melakukan segala sesuatu dengan cara yang benar.

  1. Bekerja dengan Ke-tetapteguh-an Hati

Halangan dalam bekerja adalah kondisi mental hati. Jika motivasi hati bersih dan dengan tujuan yang mulia, maka apapun halangannya akan dapat diatasi dengan ke-tetapteguh-an hati.

  1. Membangun Team dengan Kesehatian.

Tidak ada orang sukses dengan bekerja sendiri. Bekerja sama dengan team dapat mencapai hasil yang optimal. Team yang kuat, utuh, solid dan kompak, hanya bisa diwujudkan melalui kesehatian satu sama lain.

  1. Bekerja dengan Sepenuh Hati dan Jiwa

Apapun yang dikerjakan dengan sepenuh hati, keseriusan, fokus dan totalitas akan menghasilkan kualitas yang unggul. Kesuksesan dapat diraih oleh orang yang bekerja dengan segenap hati.




Totalitas (Head Part)

Muda, cantik dan berbakat, tiga hal yang dapat menggambarkan sosok penyanyi tanah air, Agnes Monica. Bagaimana tidak, selain mampu berkarya dan menyabet popularitas di negeri sendiri, ia melebarkan sayap bermusik hingga ke ranah Internasional. Totalitas bermusik Agnes Monica yang tanpa ada batas menjadi bukti bahwa tiada hasil yang mengkhianati usaha. Lewat perjuangannya, Agnes kini tumbuh sebagai penyanyi berkelas Internasional dengan segudang prestasi membanggakan. (www.fimela.com/news-entertainment).

Totalitas berdasarkan Wikipedia berarti keutuhan; keseluruhan; kesemestaan. Banyak orang berbicara tentang totalitas dalam bekerja, namun yang perlu dipahami adalah bagaimana menjadi total dalam melakukan segala tanggung jawab yang dipercayakan untuk kita lakukan. Dalam kata lain, totalitas berarti full heart, full head dan full hand.

Head atau Kepala adalah bagian tubuh yang ditempatkan Tuhan dibagian paling atas. Menjadi kepala berarti menjadi panutan. Jika kita hayati, semua panca indra terdapat di kepala. Gunakan mata sebagai alat untuk mengubah arah pandang menjadi postitif. Telinga untuk mendengar setiap nasihat dan teguran yang membawa dampak perubahan. Hidung yang digunakan untuk menghirup udara segar untuk bernapas. Serta mulut yang dipakai untuk menyampaikan hal berguna seperti “Saya pasti bisa” dan selalu mengucap syukur. Semua memiliki hubungan dengan otak yang membantu kita berpikir dengan baik dan benar, memiliki kerangka berpikir (paradigma) untuk selalu bisa, tuntas dan total dalam memberikan pelayanan untuk sesama.

Pikiran memberi peran yang besar terhadap sikap seseorang, dan sikap mencerminkan kepribadian seseorang. Itulah mengapa berpikir positif membuat perbedaan besar dalam hidup kita. Sikap yang baik dimulai dengan berpikir positif. Berpikir positif memiliki peran penting dalam pembentukan setiap individu. Kekuatan berpikir positif merupakan unsur yang terpenting dalam menciptakan jenis kehidupan Anda. Pentingnya kita menjaga “KEPALA” kita dengan paradigma yang selalu positif. Sudahkah anda berpikir Positif hari ini? Kiranya pertanyaan tersebut dapat menjadi renungan kita.




Dahsyatnya bekerja Totalitas (Bagian 3 FULL HAND)

 

Totalitas pada akhirnya akan teruji pada aktivitas yang nampak.

Seseorang bisa mengaku bahwa ia sepenuh hati dan pikirannya (Full-HEART & Full-HEAD), namun jika ia tidak menunjukkan usaha riil/fisik dengan segenap kekuatan dirinya (Full-HAND), kita patut ragukan pengakuan orang tersebut.

 

Beriman tanpa berbuat adalah sia-sia. 

Totalitas mengandung niat, tekad, terlebih semangat berbuat!

 


Ia yang bertotalitas:


  • MENGHARGAI TANGANNYA: Ia menghayati bahwa bekerja dengan segenap kekuatan adalah bukti syukur atas potensi dan kemampuan yang diterima dari Yang Kuasa. 

  • MENGGUNAKAN APA YANG ADA DI TANGANNYA: Ia tidak pernah melihat tidak punya ini-itu atau tidak bisa ini-itu, sebaliknya, Ia mampu melihat apa yang ia miliki dan dengan kreatif menggunakan segala sumber daya yang mungkin terjangkau.

  • MEMPERBESAR KAPASITAS TANGANNYA: Saat sedang tidak berkesempatan untuk berkarya, Ia tidak diam, Ia akan memakai waktunya untuk belajar, yaitu mengembangkan kapasitasnya, sehingga meningkat kemampuannya dan siap untuk menampung beban yang baru atau yang lebih besar kedepannya.



Perspektive
Ir. Daniel Dianto, MM
Founder of Peoplesight Group Ad. Consultan & Sr. Trainer
8 Juli 2019,
RESPONSIVENESS

Trustworthiness-Totality & Responsiveness

 

Membangun ‘Trust’ mutlak butuh modal-dasar sejak-awal sampai-akhir Trustworthiness, yakni setiap pribadi di unit-kerja tsb terjamin Ke’layak-dipercaya’an nya.

 

Menuntaskan ‘trusT’ mutlak butuh komitmen-diri sejak-awal sampai-akhir Totality, yakni setiap pribadi di unit-kerja tsb terjamin Ke’totalitas’an nya.

 

Bermodal sejak-awal sampai-akhir Layak-dipercaya dan dengan Komitmen sejak-awal sampai-akhir Totalitas; konstruksi ‘TrusT’ terbangun, namun masih butuh elemen lain di dalamnya; antara lain yang akan kita bahas berseri, saat ini Responsiveness”.

 

Trustworthiness-kita adalah: Seberapa luas dan dalam ke’percaya’an Orang/Organisasi kepada kita, dan merupakan ‘buah’ dari kebiasaan-positif & konsistensi-prestasi kita sekian waktu di komunitas tsb; ada yang dimulai ‘benih ditanam s/d berakar&bertunas’, atau ‘batang dicangkok s/d bersatu&bertumbuh’.

 

Responsiveness-kita adalah: Seberapa besar dan dalam Orang/Organisasi merasa dipeduli-prioritaskan oleh kita, dan merupakan score kepuasan/kegembiraan/keterikatan-batin ‘buah’ dari pelayanan kita; baik yang mereka lihat/dengar dari media/orang-lain, atau yang mereka alami/rasakan langsung.

 

Trustworthiness hasil jerih-payah perintisan dari awal, atau terbantu anugerah Orang/Organisasi memercayai-kita oleh sebab apapun; keduanya perlu terus dirawat, diperluas dan diperdalam selaras dinamika kehidupan. Bagai prime asset, anugerah yang senantiasa disyukuri dan di’budi-daya’kan.

 

Responsiveness yang mereka alami/rasakan langsung, atau yang mereka lihat/dengar dari orang-lain; perlu terus bisa memuaskan-kebutuhannya, melebihi-perkiraannya, dan memahami-hatinya.

Menjalani prime calling, memperlakukan orang sebagaimana kita ingin diperlakukan.

 

Trustworthiness tanpa disertai Responsiveness yang dirasa memadai oleh Orang/Organisasi dimaksud, Trust-nya lambat-laun akan sirna; terlebih bila dinantikan tapi tak kunjung tiba, Trust-nya bisa segera mati dan sulit dihidupkan kembali.

 

Trustworthiness bagaikan Asset, Responsiveness bagaikan menginvestasikan Asset tersebut; dalam hal ini berlaku prinsip Emotional Bank Account (Tabungan Bank Emosi).




Perspektive
Ir. Sri Haryati, MM
CEO of Peoplesight Group; Consultant & Trainer
29 Juli 2019,
RESPONSIVENESS 2

RESPONS dari suatu yang dirasa/kecap/cium/dengar/lihat/alami/baca/dsb, dapat PROAKTIF atau REAKTIF; berikut pengamatan saya disuatu peristiwa:

Di suatu training, sementara peserta sedang makan siang di ruang makan, Lead Facilitator memeriksa Flipchart hasil diskusi kelompok yang sudah dinilai oleh Training Officer-nya. Lead Facilitator merasa ada yang janggal atas hasil penilaian tsb.

Training Officer dipanggil mendekat salah satu Flipchart, ditanya bagaimana cara menilai dan meminta SOP(Standard Operation Procedure) agar dibaca; terbukti salah cara menilainya.

Mengingat kelas akan segara di mulai kembali, Lead Facilitator segera memberi contoh dan membuka file cara menilai yang benar, yang seharusnya sudah dikuasai oleh Training Officer.

Dengan sabar Lead Facilitator mendampingi menyelesaikan 120 point yang harus dinilai satu persatu hingga selesai. Tepat pk.13.15 kelas bisa berlanjut tanpa peserta tahu apa yang terjadi.

 

Lead Facilitator memilih Proactive Response dengan melakukan:

 

STOP ≈ menguasai Physical » menenangkan Psychological » memekakan Spiritual

 

PILIH ≈ menaati Spirit karena berelasi dg Roh-Allah » “Ramah / Tak-Marah”

 

SET Paradigma ≈ “Training Officer masih perlu Coaching di lapangan”

 

BERTINDAK ≈ “penting & genting” » Pendampingan tuntas

 

Seandainya Lead Facilitator memilih Reactive Response (didikte Situasi, Kondisi, Kehendak/Pikiran/ Perasaan sesaat saat itu; tidak berdasarkan Principle / kebenaran hakiki); Tidak Stop minimal 6 detik » Amigdala/Otak-Reptil dominan(bukan New-Cortex / Otak-Manusia yg jadi dirigen) niscaya “Marah” » Paradigma Negatif » Tindakan mengumpat » dst… dst… Negative Snowball Effect.

 

Jelang Game intro sesi tertentu, seharusnya tersedia karton tebal besar 4 Hitam + 4 Putih. Namun Lead Facilitator hanya melihat 2 hitam dan 2 putih; dan ternyata hanya itu yang Training Officer bawa; Kembali Lead Facilitator Proactive Response segera menugaskan Training Officer naik motor membeli 4 Karton Manila Hitam + 4 Putih (walau lebih kecil dan lebih tipis) karena itu yang tersedia di mini-market; sementara karton di beli Lead Facilitator mengimprovisasi, kelas tetap semarak dan materi ajar terus berlangsung.





SOCIAL MEDIA
We invite you to join our official networks on Facebook, LinkedIn, YouTube, and Twitter. Through these communities, we keep you up to date on developments in Peoplesight expertise and impact, provide a wealth of thought-leadership content, and deliver the latest company news.
footerleft
*/ */ */ */
*/
*/ */